Sudah menjadi tradisi bagi Masyarakat Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, Kabupaten Karangasem, Bali menggelar kegiatan tradisi “perang pandan. Perang Pandan merupakan tradisi tahunan yang digelar dalam rangkaian upacara Ngusaba Desa, di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, sekitar 78 kilometer timur laut, Kota Denpasar. Acara ini akan digelar pada tanggal 30 Juli 2010 dan akan melibatkan puluhan pasang petarung dari dua kelompok yang saling berhadapan yang terdiri dari anak – anak, pemuda dan orangtua.
Perang Pandan ini akan berlangsung mulai pukul 13.00 siang, selama tiga jam, sebelum acara ritual ngusaba desa dimulai. Yang membuat unik dari perang ini adalah senjata yang dipakai, tidak berupa senjata tajam melainkan dengan daun pandan berduri yang di gunakan untuk melawan pada saat pertandingan. Perang Pandan diiringi oleh musik tradisional Bali sebagai penyemangat, karena semakin keras suara gamelan maka semakin semangat untuk menyerang lawan. Disamping itu juga perang ini diiringi lagu atau gending yang disebut dengan mekara –kara.
Dalam perang pandan ini setiap pertandingan dipimpin oleh seorang wasit yang bertugas untuk memimpin pertandingan tersebut. Setiap orang akan membawa satu ikat daun pandan berduri yang rata – rata terdiri dari 20 batang daun. Disamping itu setiap orang pun akan membawa tameng yang terbuat dari pohon ate yang dapat berfungsi untuk melindungi dari dari serangan musuh.
Bisa dibayangkan jika kulit tersebut kena pandan yang berduri, pasti akan keluar darah, tetapi meskipun demikian, mereka tetap saja berperang sebelum ada aba – aba berhenti. Mereka akan saling dorong dan saling berusaha untuk dapat menyentuh lawan dengan pandan berduri tersebut.
Setelah perang usai, yang tertinggal hanyalah korban yang bersimbah darah, tetapi sama sekali peristiwa ini tidak meninggalkan kesan permusuhan, malah masing – masing lawan saling membantu untuk memberi obat yang berupa daun sirih dan kunyit yang dibalurkan pada tubuh yang terluka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar