Senin, 29 November 2010

Genjek

Bali memang selalu memunculkan ide-ide kreatif masyarakatnya. Bahkan kegiatan yang dianggap negatif pun dapat diambil nilai positifnya. Sebagian besar orang mungkin sudah mengenal music rap dimana orang mengeluarkan kata selayaknya orang bernyanyi. Hal yang sejenis dengan itu pun sudah berkembang di Bali cukup lama. Namun bedanya disini dilakukan dengan beberapa orang yang bersahut-sahutan. Kegiatan ini berkembang dan dikenal dengan istilah �'Genjek''.
Bermula dari acara kumpul-kumpul sambil minum arak dan tuak, beberapa orang yang sudah hilang kendali dalam artian mabuk, mereka mengeluarkan suara-suara yang tidak tentu dan akhirnya disahuti dengan yang lainnya. Kesan senang dan gembira terpancarkan dari cara mereka mengungkapkan kata-kata dengan berirama selayaknya sebuah laguu tersebut. Sebagian orang lainnya akan menirukan suara musik sebagai pelengkap dari genjek khususnya suara kendang dan kempul. Seni ini pada mulanya berkembang di daerah Bali bagian timur (Karangasem) dan selanjutnya dikenal ke seluruh bagian wilayah Bali lainnya. Bahkan di Bali utara sendiri seni ini terkadang dilengkapi dengan pementasan joged lengkap dengan alat musiknya yang dilakukan setelah para seniman Genjek selesai .
Jika diperhatikan, Genjek ini mirip dengan Janger. Perbedaannya terletak pada formalitas dalam membawakannya. Janger terkesan bersifat formal dan dilakukan oleh dua kelompok lelaki dan perempuan. Dengn pembawaan tembang yang masih dalam bahasa yang sangat halus disertai music dan tarian yang sudah diatur sedimikian rupa. Sedangkan Genjek lebih memakai bahasa sehari-hari yang seadanya. Namun keduanya sama-sama menyiratkan kegembiraan.
Seiring dengan berjalannya waktu, seni ini berkembang dan dilakukan oleh mereka yang tidak dalam pengaruh minuman tersebut. Kata-kata yang diperdengarkan pun semakin bervariasi yang diambil dari bahasa sehari-hari masyarakat seperti: perasaan jatuh cinta/kagum dengan seorang wanita, masalah pikiran yang dialami di kantor dan yang lainnya. Harapan seni ini nantinya bisa dijadikan sebagai ajang bercerita tanpa harus menyinggung orang lain dan utamanya tanpa minuman keras yang biasa menyertai.

1 komentar:

  1. Om Swastiastu; seneng pisan titiang ring artikel puniki... genjek nike sekadi music rap napi sekadi acapela ... bernyanyi tanpa iringan musik elektrik ... suksma lan selamat berkarya...

    ((((( Radio Internetne Nak Bali )))))

    BalasHapus